-->

Sabtu, 17 Desember 2016

Guest House di Lombok Terapkan Konsep Shabby Chic

Guest House di Lombok Terapkan Konsep Shabby Chic

RumahCom – Membeli properti memang tidak mungkin sia-sia. Seperti pasangan suami istri Ivan Robby Radiansyah dan Fivit Agustin yang semula tak sengaja membeli lahan kosong di Lombok pada tahun 2014.

Setahun kemudian, pasangan suami istri tersebut memutuskan untuk membangun sebuah rumah dua lantai yang dijadikan sebagai guest house.

“Kami membeli lahan tadinya untuk dibangun rumah sebagai tempat singgah sewaktu kami ke Lombok. Namun, melihat potensi Lombok yang kian maju sebagai destinasi wisata, saya dan suami berniat untuk menjadikan rumah singgah tersebut untuk dikomersilkan. Dan hasilnya, Alhamdulilah bisa menarik wisatawan domestik maupun luar negeri,” ujar Fivit saat dihubungi Rumah.com, Jumat (16/12/2016).

Ibu tiga orang anak ini juga mengutarakan, bahwa persaingan bisnis penginapan di Lombok juga cukup ketat. Sehingga diperlukan inovasi yang menarik, sehingga bisa menarik penyewa.


Menurutnya, saat ini karakter turis domestik memilih tempat penginapan tidak hanya meninjau lokasinya, tetapi juga konsep atau tematik yang disuguhkan oleh guest house.

“Saya kerap mengamati orang-orang di instagram jika menginap di hotel, tidak akan melupakan untuk selfie untuk di akun sosial media mereka. Jadi, saya berinsiatif untuk mengusung konsep berbeda dari konsep umum penginapan di Lombok,” katanya.

Tampak depan Guest House bergaya Shabby Chic dengan pemilihan warna Peach. (Sumber: @sweetpeachouse)
Tampak depan Guest House bergaya Shabby Chic dengan pemilihan warna Peach. (Sumber: @sweetpeachouse)
Alhasil, Fivit memutuskan untuk menerapkan konsep Shabby Chic. Konsep tersebut dirasa paling tepat untuk menjadi pembeda dari penginapan pada umumnya di Lombok.
Jika selama ini di Lombok penginapan lebih didominasi dengan unsur minimalis atau tradisional Bali, Fivit berani untuk menawarkan konsep Shabby Chic yang lebih lembut dan cantik.
“Awalnya, saya menyukai ala skandinavian style untuk interior rumah. Pilihan warnanya juga sangat lembut. Dan ini sesuai dengan target market saya, yang mengharapkan menarik minat turis wanita atau keluarga. Dan alhamdulilah, sejak guest house ini resmi dipasarkan pada November 2016, sebanyak 20 turis yang menginap di sini,” papar Fivit.
Konsep Shabby Chic tidak hanya diterapkan pada bagian interior saja, melainkan terlihat pada eksterior rumah, khususnya terlihat pada bagian fasad rumah.
“Saya memilih warna peach untuk tampak fasad depan rumah, sebenarnya agar terlihat lembut dan homey. Warna ini cukup enak dipandang untuk semua jenis cuaca. Terlebih di Lombok biasanya cukup terik, sehingga pilihan warna ini saya rasa bisa memberikan nilai yang beda,” tutur Fivit.
Bagian ruang tamu yang didesain menggunakan shabby chic (sumber:
Bagian ruang tamu yang didesain menggunakan shabby chic (sumber: @sweepeachouse)
Pemilhan warna mint dan bata berwarna putih bisa menjadi kombinasi yang menarik (sumber: @sweetpeachouse)
Pemilhan warna mint dan bata berwarna putih bisa menjadi kombinasi yang menarik (sumber: @sweetpeachouse)
Guest house bernama Sweet Peach House ini dibangun di atas lahan seluas 360m2 dengan luas bangunan seluas 200m2. Dalam satu rumah, Fivit menawarkan sebanyak 5 kamar unit yang sudah dilengkapi kamar mandi.
Uniknya, detail interior guest house ini juga tak terlepas dari sentuhan Shabby Chic, Mulai dari tangga, dapur, balkon, foye, hingga kamar tidur.
Tangga di dalam guest house (sumber: @sweetpeachiuse)
Tangga di dalam guest house (sumber: @sweetpeachiuse)
Warna mint juga tetap diterapkan pada dapur. (sumber: @sweetpeachouse)
Warna mint juga tetap diterapkan pada dapur. (sumber: @sweetpeachouse)
Desain interior untuk kamar mandi minimalis (sumber: @sweetpeachouse)
Desain interior untuk kamar mandi minimalis (sumber: @sweetpeachouse)
Setiap kamar didesain menggunakan pilihan warna yang berbeda. Hal ini bertujuan agar memberikan kesan “berwarna” namun tetap lembut dan bersahaja.
Sebagai lokasi dataran rendah, Fivit menyadari diperlukan keseriusan untuk mendesain guest housenya. Salah satunya dengan mensiasati lantai yang tetap menggunakan ubin, namun dengan pilihan corak menyerupai kayu.
Menurutnya, ubin bisa memberikan nuansa dingin dan corak kayu tersebut bisa memberikan kesan nyaman yang alami.
Begitu juga dengan tangga yang menghubugkan kedua lantai tersebut. Fivit sengaja tidak menggunakan parket secara menyeluruh, melainkan mensiasatinya dengan menggunakan semen lalu dipasang kayu asli sebagai pijakan tangga.
Contoh kamar tidur berukuran paling besar (sumber: @sweetpeachouse)
Contoh kamar tidur berukuran paling besar (sumber: @sweetpeachouse)
Kamar tidur berukuran sedang (sumber: @sweetpeachouse)
Kamar tidur berukuran sedang (sumber: @sweetpeachouse)
Tipe kamar tidur Bunkbeds ini biasanya diterapkan pada guest house di Jepang (sumber: @sweetpeachouse)
Tipe kamar tidur Bunkbeds ini biasanya diterapkan pada guest house di Jepang (sumber: @sweetpeachouse)

Setiap kamar memiliki ukuran yang berbeda. Kamar tidur paling kecil berukuran 4m x 4,5m dengan kamar mandi 2,5m x 1,2m. Sedangkan untuk kamar tidur berbentuk bankbeds 4m x 6m dengan kamar mandi berukuran 4m x 3m. Lalu kamar mandi terbesar berukuran 32m2 dengan penambahan balkon.

“Ukuran kamar mandi sengaja dibuat tidak terlalu besar, karena saya pikir itu terlalu mubazir. Jadi saya menerapkan prinsip fit and purpose sehingga space unit dapat efisien,” papar Ivan.

Untuk membuat bisnis properti guest house ini, Fivit membocorkan biaya yang mungkin dikeluarkan, yakni bisa mencapai Rp3 Miliar termasuk harga tanah yang ditaksir mencapai Rp600 Juta.
Adapun rental yield yang bisa diperoleh oleh Fivit dan Ivan sebesar Rp3.750.000 per hari dengan asumsi harga menginap satu malam sebesar Rp375 ribu – Rp625 ribu.

Kantri Maharani
Penulis adalah Content Writer: Rumah.com. Untuk berkomunikasi dengan Penulis, Anda bisa mengirim email ke:kantrimaharani@rumah.com atau twitter @jeungkant

Previous
Next Post »